
Josh Shear – Perdebatan mengenai makna safety di internet kian sengit ketika platform digital, pemerintah, dan pengguna saling mengklaim definisi “aman” yang berbeda.
Banyak pihak menganggap makna safety di internet hanya soal mencegah kejahatan dan penipuan. Namun, konsep ini jauh lebih kompleks. Ada dimensi psikologis, politik, ekonomi, hingga budaya. Selain itu, apa yang dianggap aman bagi satu kelompok belum tentu dirasakan aman bagi kelompok lain.
Di satu sisi, orang tua ingin lingkungan digital yang melindungi anak dari kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian. Di sisi lain, aktivis menuntut ruang bebas berekspresi, termasuk untuk suara yang kritis pada kekuasaan. Karena itu, perdebatan makna safety di internet tidak bisa dilepaskan dari pertarungan nilai dan kepentingan.
Meski begitu, pengguna sering tidak sadar bahwa definisi safety sudah lebih dulu disusun oleh perusahaan teknologi dan regulator. Aturan yang mereka buat menentukan konten mana yang boleh muncul, dibatasi, atau dihapus. Akibatnya, makna safety di internet sering menjadi standar satu arah, bukan hasil dialog setara antara semua pemangku kepentingan.
Platform digital besar memegang peran dominan dalam mendefinisikan makna safety di internet. Mereka menyusun pedoman komunitas, algoritma moderasi, dan sistem pelaporan. Semua itu bekerja secara masif, sering kali tanpa transparansi penuh. Sementara itu, pengguna hanya menerima hasil kurasi tanpa banyak ruang tawar-menawar.
Pemerintah juga ikut masuk dengan regulasi dan UU yang mengatur konten. Sementara itu, mereka mengklaim demi keamanan nasional dan ketertiban umum. Namun, batas antara perlindungan dan pembatasan kebebasan kadang sangat tipis. Di beberapa negara, dalih keamanan dipakai untuk membungkam kritik politik dan membatasi informasi sensitif.
Di sisi lain, kelompok masyarakat sipil berusaha menantang dominasi ini. Mereka mengingatkan bahwa makna safety di internet harus melindungi kelompok rentan, seperti perempuan, minoritas agama, etnis, atau gender. Bahkan, mereka menuntut agar standar “aman” tidak hanya melindungi kelompok kuat yang sudah punya suara besar di ruang publik.
Ketika kita membahas makna safety di internet, kita sebenarnya membahas soal kuasa: siapa yang boleh bicara, siapa yang boleh dibungkam, dan siapa yang dilindungi. Konten yang dianggap “berbahaya” sering mencerminkan sensitivitas kelompok dominan. Sementara itu, pengalaman kekerasan digital yang dialami kelompok marjinal justru kerap diabaikan.
Dalam banyak kasus, standar keamanan fokus pada konten, bukan perilaku sistemik. Misalnya, kata-kata kasar cepat dihapus, tetapi kampanye terkoordinasi untuk mendiskreditkan kelompok tertentu bisa lolos. Karena itu, makna safety di internet perlu melihat pola, bukan sekadar kata atau gambar yang berdiri sendiri.
Read More: How online safety standards can affect free digital speech
Akibatnya, ada paradoks: demi melindungi sebagian orang, kebijakan keamanan dapat membahayakan kelompok lain. Misalnya, konten soal kesehatan reproduksi bisa dibatasi atas nama perlindungan anak. Namun, pembatasan itu justru menghambat akses informasi penting bagi remaja yang membutuhkan pengetahuan medis yang akurat.
Moderasi konten menjadi arena utama perdebatan makna safety di internet. Platform memakai kombinasi kecerdasan buatan dan moderator manusia. Mereka menilai laporan, memeriksa komentar, dan menyaring gambar. Namun, keputusan “aman atau tidak” selalu membawa bias budaya, politik, dan agama.
Selain itu, moderator sering bekerja dalam tekanan target dan waktu. Mereka jarang memahami konteks lokal secara menyeluruh. Sementara itu, algoritma kesulitan membaca ironi, satire, atau penggunaan bahasa gaul. Karena itu, makna safety di internet yang diterapkan di lapangan sering berbeda dengan pedoman tertulis.
Bahkan, pengguna sering merasa kebijakan berubah-ubah dan tidak konsisten. Konten pendidikan seks bisa dihapus, sementara ujaran kebencian terselubung justru lolos. Akhirnya, kepercayaan pada klaim keamanan platform menurun. Pengguna mulai bertanya siapa sebenarnya yang diuntungkan oleh kebijakan tersebut.
Dari sudut pandang pengguna, makna safety di internet berlapis-lapis. Sebagian orang ingin aman dari penipuan dan kebocoran data. Sebagian lain ingin aman dari pelecehan, doxing, dan ancaman kekerasan. Namun, ada juga yang menuntut aman dari sensor berlebihan atas pandangan politik atau keyakinan pribadi.
Karena itu, pertanyaan pentingnya bukan hanya “apakah internet aman”, melainkan “aman dari apa, dan untuk siapa”. Pengguna yang vokal secara politik mungkin merasa terancam oleh aturan sensor yang ketat. Sementara itu, korban kekerasan berbasis gender merasa terancam jika pelaku bebas menyebar ujaran kebencian tanpa sanksi.
Pertentangan ini menunjukkan bahwa makna safety di internet tidak mungkin netral. Selalu ada nilai dan prioritas yang dipegang. Akibatnya, perumusan kebijakan seharusnya melibatkan beragam kelompok, terutama mereka yang selama ini mengalami dampak kekerasan digital secara langsung.
Perdebatan makna safety di internet kerap berputar pada dua kutub besar: keamanan dan kebebasan berekspresi. Terlalu menekankan keamanan dapat mendorong sensor berlebihan. Sementara itu, terlalu menekankan kebebasan dapat mengabaikan dampak nyata kekerasan digital pada kesehatan mental dan fisik korban.
Karena itu, keseimbangan perlu dibangun melalui prinsip yang jelas, transparan, dan akuntabel. Platform harus menjelaskan bagaimana mereka menerapkan makna safety di internet dalam algoritma dan proses moderasi. Di sisi lain, negara perlu memastikan regulasi tidak berubah menjadi alat pembungkaman politik.
Selain itu, literasi digital publik menjadi kunci. Pengguna perlu memahami cara melindungi diri, melaporkan konten bermasalah, dan membaca ulang klaim keamanan dari platform maupun pemerintah. Dengan begitu, makna safety di internet tidak dimonopoli oleh segelintir aktor, tetapi menjadi hasil negosiasi sosial yang terus berkembang.
Pada akhirnya, pertanyaan “siapa yang menentukan aman untuk siapa” mengajak kita menguji ulang semua klaim perlindungan di ruang digital. Hanya dengan sikap kritis, partisipasi luas, dan empati pada kelompok rentan, makna safety di internet bisa benar-benar melindungi banyak orang, bukan hanya mereka yang sudah berkuasa.
Untuk pembahasan lebih dalam, Anda dapat membaca makna safety di internet dalam konteks kebijakan platform dan pengalaman pengguna sehari-hari.
This website uses cookies.